Ilmu Adalah Rahmat

welcome

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industrys standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Minggu, 18 Oktober 2009


Gorontalo Sebagai Pusat Penyebaran Islam Di Indonesia Timur

Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam (99 %). Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam masuk ke Gorontalo sekitar tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama ‘Ju Panggola’ di Kelurahan Lekobalo, Kota Barat, Gorontalo.

Pada waktu dulu di wilayah Gorontalo terdapat pemerintahan kerajaan yang bernapaskan Islam. Raja Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam adalah Sultan Amai, yang kemudiannya namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi agama Islam di Provinsi Gorontalo, STAIN Sultan Amai Gorontalo, yang kelak diharapkan menjadi IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di Gorontalo.

Dengan adanya kerajaan-kerajaan pada masa lalu muncul kelas-kelas dalam masyarakat Gorontalo; kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyat kebanyakan (tuangolipu), dan lapisan budak (wato). Perbedaan kelas ini semakin hilang seiring dengan semakin besarnya pengaruh ajaran Islam yang tidak mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi rendah dari satu pihak terhadap pihak lain masih terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan sosial seperti ini semakin bergeser oleh dasar lain yang baru, yaitu jabatan, gelar, pendidikan, dan kekayaan ekonomi.

Menteri Agama, Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar telah menempatkan Provinsi Gorontalo sebagai pusat pengembangan Kebudayaan Islam di Kawasan Timur Indonesia. Mengapa Menteri Agama kita tertarik dan memilih Gorontalo? Itu karena masyarakat Gorontalo dipandang masih tetap memegang teguh warisan para leluhur: "Adat bersendikan Syarak dan Syarak bersendikan Kitabullah (Al-Quran)", dan sejak dahulu Gorontalo dikenal sebagai Kota 'Serambi Madinah'. Kedua alasan itulah yang menjadi alasan utama mengapa Gorontalo dijadikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam. Karena itu, benarlah ungkapan Bung Karno sewaktu berkunjung ke Gorontalo tahun 1950-an bahwa Gorontalo adalah sebagai Kota Perjuangan dan Kota Pelajar.

Namun, harus kita sadari bahwa kegembiraan warga Gorontalo tidak boleh hanya sebatas wacana, melainkan harus dibuktikan bahwa Gorontalo memang sanggup memikul dan mewujudkan kepercayaan Pemerintah Pusat tersebut. Sebagai warga dan masyarakat Gorontalo, kita harus berpikir secara profesional, logis, dan berwawasan nasional. Bukan waktunya lagi bagi kita untuk berpikir secara parsial, terbatas pada kawasan seluas kabupaten atau kota.

Beban ini memang tidak ringan, tetapi kita harus bisa mewujudkannya dengan berbagai upaya, doa, dan ikhtiar. Alangkah memalukan dan akan terasa sebagai nista bilamana amanah dan kepercayaan Pemerintah Pusat yang amat berharga dan mulia ini tidak dapat kita wujudkan.

Berbagai kasus dan tindakan yang melanggar adat dan agama, harus segera kita libas hingga ke akar-akarnya. Adalah suatu naif apabila kita selalu menyanjung-nyajung warisan para leluhur kita di mana "Adat berdasarkan syarak (agama Islam), dan syarak berdasarkan Kitabullah (Al-Quran)", lalu kita tidak bisa mencerminkan perlaku seperti itu.

Sebagai warga Gorontalo kita harus yakin bahwa warga Gorontalo yang dikenal gigih, teguh, dan sangat patriot akan mampu untuk memikul amanah yang suci ini. Semoga masyarakat Gorontalo yang Islami akan senantiasa tecermin dalam perilaku dan tata pergaulan hidup kita sehari-hari. Semoga Allah swt. selalu memberikan taufik, hidayat, dan petunjuk-Nya kepada kita. Amin, ya Rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar