Ilmu Adalah Rahmat

welcome

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industrys standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Minggu, 18 Oktober 2009

HUTAN MASA DEPAN KITA












Eksplorasi terhadap hutan yang di miliki negeri ini ternyata melampaui batas.
Dengan skala pelumatan hutan 300 kali lapangan sepak bola setiap jamnya, tentu ini menjadi indikasi yang kurang baik bagi Indonesia. Memprihatinkan memang, tapi inilah kondisi yang harus dilihat dan dirasakan bersama. Maraknya ilegal loging dan kurangnya pengawasan pemerintah, semakin memperburuk kondisi hutan diIndonesia. Kerusakan hutan di Indonesia 76-80 persennya karena perambahan hutan secara liar (Forest Global Assesment 2000-2005, Tempo,
4 Mei 2007). Ini megindikasikan bahwa pemerintah Indonesai sebagai penanggung jawab utama atas kelestarian hutannya kurang berhasil dalam menjalankan tugasanya. Melihat kenyataan
ini tentunya harus ada upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini. Apalagi melihat bahwa isu pemanasan global kini kian senter menggema. Upaya perbaikan ini tidak harus menjadi beban pemerintah semata. Namun peran serta semua pihak akan sangat membantu keberhasilan upaya ini. Untuk masyarakat pada umumnya, kesadaran untuk tidak menebang pohon sembarangan saja, sudah cukup untuk menjadi titik awal penyuksesan perbaikan hutan kita. Kesadaran ini jangan pernah diharapkan muncul dalam diri cukong-cukong dan orang-orang yang mencari keuntungan sesaat dari ilegal
logging yang mereka buat. Di sinilah peran pemerintah sangat berpengaruh. Pengawasan jual-beli dan pengiriman kayu kita harus benar-benar di perketat. Selain itu penegakan hukum yang baik sangatlah diperlukan. Kalau perlu
pelanggar yang berkenaan dengan perusakan lingkungan harusnya dihukum seberat-beratnya.
Melihat urgensi keberadaan hutan, tentu kita tak akan membiarkan hutan yang dimiliki rusak.
Baru-baru ini saja bencana benjir terjadi di mana-mana. Di Kalimantan, sungai
Musi meluap dan membanjiri daratan di sekitarnya. Baru-baru ini, tanah longsor melanda daerah Padang. Ini sudah menjadi pertanda bahwa keberadaan hutan menentukan sekali kondisi di sekitarnya. Akan lebih banyak lagi ancaman-ancaman terhadap manusia karena rusaknya hutan. Belum lagi bila menerawang ke masa yang akan datang. Melihat pengrusakan hutan di
Indonesia saat ini begitu besar maka dapat diprediksikan beberapa puluh tahun lagi Indonesia akan mengalami kekeringan hebat. Dan parahnya lagi, Indonesia akan menyusul sebagian besar negara-negara Afrika yang saat ini diliputi gurun pasir. Menurut para arkeolog, sebelumnya Afrika adalah daratan yang diselimuti hutan dengan berbagai varietas flora dan fauna. Kurang lebih kondisi Afrika saat itu mirip Indonesia saat ini.
Dengan mengacadari sejarah ini, seharusnya bangsa ini sadar. Bahwa bangsa ini tak dapat hidup
dengan mengesampingkan alam. Waktu akan terus berjalan seiring dengan semakin menuanya Indonesia. Generasi yang tua akan digantikan generasi yang lebih muda. Siklus ini akan terus berjalan sampai nanti dunia ini hancur. Keberadaan generasi sekarang hanya sekedar mengisi ruang-ruang kosong dalam sejarah umat manusia. Generasi ini tak lantas menjadi berhak atas apa yang ada, apa yang ada sekarang adalah titipan generasi setelah dan generasi sesudahnya lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar